Antropolog: Pemimpin Curhat Tanda Tak Mampu Kerja

Para politisi terbuai dengan pola hubungan patron-klien dalam memimpin masyarakat. Oleh karena itu, ketika banyak masalah dalam penegakan hukum, mereka mudah melempar kesalahan dengan cara curhat.

Demikian analisa dari pakar Antropologi Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak dalam seminar 'Membangun Indonesia tanpa Kebohongan' di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Jl Mukhtar Basri, Medan, Senin (21/3/2011).

"Karena tidak mampu memimpin dan membangun, lalu dibangunlah pembelaan diri atau curhat alias kebohongan atau scape goat strategy," kata Simanjuntak.

Masalah penegakan hukum menjadi akut karena pola hubungan patron-klien yang dibangun para penguasa. Mereka bergabung dalam organisasi yang diikuti oleh pemimpin yang sedang berkuasa, lantas berlindung di baliknya.

"Karena adanya patron ini, maka para pejabat ramai-ramai bergabung dengan organisasi atau partainya pemimpin tertinggi," kata Simanjuntak.

Disebutkan Simanjuntak, dengan bergabung dalam organisasi itu, maka seseorang akan mendapat manfaat, yakni tidak diusut kasus korupsinya ataupun kejahatan sosial ekonominya. Orientasi berikutnya, ada dukungan secara politik, mengincar posisi strategis dalam pemerintahan, dan juga tercukupinya kebutuhan akan uang.

"Ketika sorotan terhadap persoalan ketidakpuan menuntaskan persoalan hukum ini begitu kuat dari rakyat, penguasa akan memberikan serangkaian alasan dan menebar kebohongan, baik secara struktural maupun fungsional," tutupnya.
Seminar itu juga dihadiri pembicara Kyai Maman Imanul Haq (tokoh muda), Berry Nahdian Furqon (Direktur Eksekutif nasional), Ray Rangkuti (Tokoh Muda Pembaharuan) dengan moderator Effendi Panjaitan.

You are here: Home Berita Antropolog: Pemimpin Curhat Tanda Tak Mampu Kerja